Rabu, 23 Maret 2016

9:03:00 PM


Sempurna. Satu kata yang tidak pernah ada. Satu kata yang membahagiakan, dalam mimpi. Satu kata yang diinginkan, hanya menjadi mimpi.
Sempurna. Bukan sempurna yang aku inginkan, setidaknya bukan hal ini yang aku dambakan.
Ketenangan. Satu kata yang cukup mewakilkannya.
Bahagia. Masih adakah celah menuju kebahagiaan ketika hati tergores tinta kepahitan? Yang ada hanya celah menuju kehancuran, celah menuju perpecahan. 
Bukan. Bukan ini yang aku mau. Bukan ini yang kami inginkan. Sederhana, tidak berlebih namun tidak berkurang. Cukup. keutuhan kita itu sudah cukup.
Hening, malam yang hening yang aku dambakan, bukan seperti ini.
Ramai, canda tawa yang meramaikan malam yang kami dambakan, bukan seperti ini.
Kalian. Bukan hanya kalian yang mempunyai indra. Bukan hanya kalian yang dapat merasa.
Kami. Atau setidaknya dia. Jangan pikirkan aku. Aku mampu bertahan, menutup mata dan telinga, berpura-pura semua baik saja. Dia, dia bukan aku. Dia rapuh.
Tolong, kami masih bergantung. Biarkan aku tumbuh dan menjadi sandaran untuknya. Setelah itu terserah.

0 komentar:

Posting Komentar