Satu hari yang melelahkan membuat tubuhku terasa hancur, namun tidak dengan hatiku. Tubuhku memang terlelap dalam lelah, bahkan mataku menuntut haknya untuk terpejam. Merebahkan tubuh adalah niatku setiba dirumah. Namun mata ini tak langsung terpejam. Hati dan pikiran menyatu, merasakan dan memikirkan apa yang kutemui hari ini, dia. Dan aku pun terlelap.
Perbincangan pun dimulai. Entah berawal dari mana, namun rapat ini ku kira akan segera berakhir. Senang atau sedih, entah apa yang harus ku rasakan. Jika rapat ini usai maka perjumpaanku dengannya pun usai.
Dia adalah laki-laki yang ku kagumi dulu, empat tahun lalu. Namun entah mengapa aku masih berharap dapat melihatnya sesering mungkin. Sosoknya yang diam, tapi kukira ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya terlihat spesial dimataku. Dan dia berada disebelahku.
Tersurat canda dipenghujung rapat. Sebenarnya rapat penting telah usai, namun kami semua masih enggan mengangkat kaki dari tempat ini. Dan kami semua memulai perbincangan masing-masing. Tanpa ku sangka, dia menatapku. Tatapan yang telah lama tak kulihat dari seorang lelaki terhadapku. Tatapan yang begitu dalam, sampai jantungku pun berdegub kencang saat aku mencoba untuk membalas tatapannya. Aku tak sanggup. Tatapan apa ini? tanyaku dalam hati. Aku pun mengalah, ku coba untuk mengalihkan perhatiannya agar berhenti menatapku seperti ini. Karena aku tak ingin terlihat salah tingkah dihadapannya. Kenapa? dia hanya menggeleng dan mengalihkan perhatiannya untuk sesaat.
"Kamu terlihat dekat dengannya?" ucapnya dalam kebisingan. Aku terdiam, terlalu banyak pertanyaan yang ada dipikiranku seperti, kenapa? tak biasa kamu bertanya seperti ini, kamu cemburu? Aku harap dia memang cemburu, namun ku kira hal itu sangat tidak mungkin. Dan aku masih terdiam dalam gejolak hati dan pikiranku sendiri. "hey?" katanya lagi. Aku sedikit tersontak mendengarnya. "kenapa? sakit?" katanya dengan penuh perhatian. Oh Tuhan, jangan Engkau biarkan aku luluh dihadapannya. Mungkin sikap seperti ini tidak menandakan apa pun.
Perbincangan kami berlanjut, dia semakin penasaran mengenai hubungan ku dengan orang itu. Ingin rasanya aku berkata, "dia hanya teman untukku, tapi kalau kamu lebih dari itu." Ah. Tak ingin aku terlihat murah dihadapannya, mungkin rasa kagumku yang dulu tidak pernah benar-benar menghilang.
Tak terasa waktu berjalan cukup lama. Dia selalu memberikan perhatian itu. Dia selalu menggenggam erat tanganku seperti dia tak ingin melepaskanku pergi. Dia mencubit lembut pipiku pertanda sayang. Dia mempercayaiku. Dia selalu bersikap sebagai pelindungku, seperti dia tak ingin aku tergores sedikit pun. Dia menghabiskan waktunya hanya untukku. Dia merelakan waktunya hanya untuk bersamaku. Dia selalu ada disisiku disaat aku butuh.Aku dan dia, menghabiskan waktu bersama, dengan sepeda motornya kami berkelana.
Dia menggenggam kedua tanganku dengan lembut, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun dia hanya terdiam, entah apa yang ingin dia katakan. Aku pun diam. Aku membiarkan dia menatapku dalam, begitu dalam. Bertatapan cukup lama, tatapan yang memiliki sejuta makna.
Dan aku pun terbangun dari tidurku yang begitu lelap. Aku begitu bahagia karena aku masih dapat mengingat mimpiku dengan jelas. Mimpi yang begitu indah, sampai membayangkan untuk menjadi kenyataan pun aku meragu. Mimpi ini begitu indah, masih terasa bagaimana cara dia menatapku, menggenggam tanganku, memperhatikanku. Kenangan yang indah itu hanyalah mimpi.
#CERPEN
0 komentar:
Posting Komentar