Sabtu, 18 Juni 2016

7:16:00 PM


Terduduk diteras rumah, menatap langit yang tak begitu ramah. Ada apa gerangan? Tidakkah cuaca ini mewakili perasaanku? Bukan awan putih, bukan juga kelam malam, ini kelabu. Setitik air tercurah, seperti langit mengetahui apa yang akan terjadi. Lebih dulu membasuh debu dijalan sebelum aku mengusap pipiku. Malu. Inikah titik terendahku? Aku rasa bukan, aku hanya lelah. Lelah menunggu, lelah menanti, lelah berharap, bahkan aku lelah untuk bermimpi.

Mimpi, sebelumnya hanya mimpi yang mampu menutupi segalanya, mimpi indah yang mungkin berasal dari semua harapan, semua angan yang ku punya. Namun semua mulai sirna, lenyap secara perlahan, karena aku mulai lelah. Tersadar akan mimpi yang sia-sia, harapan yang pupus oleh waktu. Aku terbangun dari mimpi indahku, mengetahui harapan yang berlalu. Memikirkan hal ini membuat hatiku pilu, telah ku biarkan khayalan ini melaju menuju ruang kehampaan, dimana tak seorang pun yang tahu.

Aku rindu waktu yang berlalu, merindu pada diriku yang tegap melangkah maju. Penuh ambisi dan mimpi, tak gentar di terpa badai. Aku pun tersadar, jiwaku seperti karang. Karang yang kuat, karang yang kokoh dan karang yang berani menghadang ombak. Tak peduli ombak besar ataupun hanya percikan air yang menyerang, karang tetap gagah diposisinya. Namun, setegar apapun karang jika ombak besar terus datang menghampiri, lama kelamaan karang pun terkikis, terkikis secara perlahan dan dalam waktu lama. Yang membedakan aku dengan karang hanya waktu. Tak mampu ku setegar karang menahan deburan ombak besar begitu lama. Namun sekarang, aku merasa hatiku tak lagi sekuat karang, hatiku seperti sekumpulan debu yang kan pecah bertebaran hanya karena satu hembusan nafas. Begitu lemahkah aku? Ah, aku masih yakin aku kuat, aku hanya lelah.

Hati dan pikiranku mengamuk, mereka memiliki perbedaan pendapat dan ini yang membuatku semakin muak. Bersyukur akalku tak mudah mengalah, tak mudah menyerah dalam perdebatan ini, tak gentar dengan perang dingin ini. Entah apa yang terjadi jika hatiku yang memenangkan pertempuran ini. Mungkin aku akan menjadi seorang yang hina yang hanya mampu mengharap belas kasih. Bukan, itu bukan aku.

Diam, aku akan diam untuk beberapa saat, tidak melakukan apapun. Membiarkan hati dan pikiranku menyatu seperti sedia kala. Beristirahat sejenak untuk menghilangkan penat.

0 komentar:

Posting Komentar