Senin, 25 Januari 2016

7:43:00 PM


RESENSI NOVEL


Judul                        : Autumn In Paris
Pengarang                 : Illana Tan
Penerbit                    : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Penerbit          : 2011
Tebal Halaman           : 272 halaman
Tara Dupont atau biasa dipanggil Victoria Ma Cherrie oleh ayahnya adalah gadis berdarah campuran Indonesia – Perancis. Ibunya keturunan Indonesia, sedangkan ayahnya berkebangsaan Perancis. Kedua orang tuanya sudah lama bercerai, saat ini tara tinggal bersama ayahnya di Perancis. Tara bekerja disebuah stasiun radio terkenal di Paris. Dia dikenal sebagai gadis periang, unik, menarik dan juga suaranya yang merdu. Tara juga menguasai tiga bahasa yakni, Bahasa Indonesia, Bahasa Perancis dan Bahasa Inggris. Tara memiliki dua sahabat karib yaitu, Elise dan Sebastian. Elise adalah salah satu rekan kerjanya distasiun radio yang juga seorang penyiar radio. Sedangkan Sebastian dan Tara bagaikan kakak adik, Sebastian adalah orang yang paling Mengenal Tara, tak heran Tara jatuh hati pada Sebastian.
            Kehidupan cinta Tara tidak berakhir pada Sebastian. Itu semua berawal dari pertemuan Tara dengan  pria jepang yang bernama Tatsuya Fujisawa. Mereka berjumpa secara kebetulan, dan sampai akhirnya Tara dan Tatsuya dipertemukan oleh Sebastian. Tara tidak menyadari bahwa dia pernah bertemu dengan Tatsuya sebelum malam itu, karena pada saat itu Tara dalam pikiran kalut tidak karuan.
            Hari-hari berlalu, Tara dan Tatsuya pun semakin dekat. Kedekatan mereka melebihi kedekatan seorang sahabat. Perasaan Tara terhadap Sebastian pun berangsur-angsur melemah, dan kelamaan Tara hanya menganggap Sebastian sebagai sahabatnya. Dan sekarang Tara pun telah jatuh cinta pada Tatsuya, begitu pun dengan Tatsuya.
Hubungan mereka berjalan dengan baik. Mereka berdua sangat bahagia dalam menjalin hubungan itu. Sampai akhirnya Tatsuya teringat dengan tujuannya ke Paris, bahwa dia tidak hanya bekerja melainkan dia juga mencari-cari ayah kandungnya. Sampai suatu hari akhirnya dia pun berhasil menemukan ayah kandungnya sendiri, Tatsuya tidak penah menuntut pengakuan dari ayahnya, dia hanya ingin melihat bagaimana sosok ayahnya yang sebenarnya. Ayah kandung Tatsuya bernama Jean-Daniel Lamercier.
            Suatu hari Tara memperkenalkan ayahnya dengan bangga pada Tatsuya dan teman temannya. Ada satu mimik wajah yang terlihat kikuk saat melihat ayahnya Tara, Tatsuya. Tatsuya adalah satu satunya orang yang sangat tercengang melihat ayah tara. Dan akhirnya dia berkata dalam hati dengan lirih “Jean-Daniel Lamercier ayah Tara dan Ayahku”.
            Bagaimana kelanjutan kisah cinta Tara dan Tatsuya? Akan kah Tara dan Tatsuya dapat bersatu?
            Novel ini bercerita mengenai kisah di paris sehingga penulis juga membubuhkan kata-kata dalam bahasa Perancis. Tentu saja ada keterangan arti dari setiap bahasa asing yang ia gunakan. Halaman depan buku ini juga terlihat menarik, bagian sampul menampilkan gambar sepasang kekasih yang duduk disebuah taman saat musim gugur tiba. Hal ini tentu sesuai dengan judul novel yakni Autumn In Paris (musim gugur di Paris). Dalam menjabarkan setiap kejadian dalam novel ini Illana Tan juga membuat seolah-olah para pembaca dapat merasakan apa yang terjadi dalam cerita tersebut. Alur dalam cerita tersebut juga tidak membosankan kmarena setiap babnya penulis mengambil hal-hal yang berbeda, mulai dari kisah pertemuan, tahap adaptasi sampai klimaksnya yakni terungkapnya sebuah rahasia.
            Dalam novel ini Illana Tan terjerumus dalam kisah yang berakhir menyedihkan. Illana Tan dengan suksesnya menjungkirbalikkan perasaan pembacanya melalui apa yang ditulisnya. Membuat para pembaca tersenyum saat membaca kejadian yang romantis dan membuat mereka menangis saat membaca kejadian yang menyedihkan. Dia tahu saat-saat yang tepat untuk memasukkan adegan menyedihkan, termasuk dalam novel ini. Dalam setiap karyanya juga, Illana Tan tidak pernah mencantumkan biografinya, hal ini membuat pembaca novelnya tidak tahu seperti apa pernulis yang dapat menjungkirbalikkan perasaan mereka seperti Roller Coaster.

0 komentar:

Posting Komentar